Tak Mudah Namun Kita Mampu
Siapa sangka, pada hari Senin, tanggal 27 April 2009 Pukul 11.30, di Kec. Gringsing, Kab. Batang, motor roda dua Astrea Grand Th.1995, entah bagaimana kejadiannya yg tak sampai 1 menit namun memberi pengaruh sekian lama utk hidupku hingga sampai saat ini.
Mungkin aku tertidur pulas hingga saat tersadar aku tergeletak dirumah sakit dengan kondisi papan kayu yang di ikat di kedua tangan dan kedua kakiku, entah untuk apa papan kayu tersebut, aku masih berpikir “aku pasti baik2 saja”. Saat tersadar beberapa menit kemudian, kulihat keluargaku mengelilingiku, disekitar mata merah mereka terdapat bekas air mata yang telah di hapus, dengan senyum simpul, dan memandangiku seakan aku telah lama tertidur pulas.
Begitu tahu aku ada di ruang isolasi ICU dengan segala macam alat medis terpasang di tubuhku, aku masih berikir “gak ada yang perlu dikhawatirkan aku pasti baik-baik saja dan bisa segera lanjutkan kuliahku”
Begitu aku tahu aku tak bisa berbuat apa-apa selain menggerakkan kepala, aku masih yakin semua akan baik-baik saja. Pasti ada jalan, aku pasti bisa melanjutkan segalanya. Setelah sekian lama, aku baru sadar dan paham bahwa aku kehilangan banyak hal termasuk kehilangan kesempatan ikut ujian akhir semester saat itu. And this is the most tragic live event of mine.
MENGULANG TAHUN DEPAN, that was the worst part. That was a really really nightmare for me. Aku tak pernah menangis dan mengeluh atas kondisi aku saat itu, tapi MENGULANG TAHUN DEPAN adalah satu keputusan yg mampu membuat pertahananku runtuh. I’ve never imagine before, aku sudah berusaha semaksimal mungkin selama hampir 5 semester utk menjalankan amanat orangtuaku. Kuliah adalah keprcayaan dari orangtua ku, maka aku slalu berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan mereka, mewujudkan apa yang menjadi harapan mereka dan menunjukkan kepada mereka bahwa aku tidak mengkhianati kepercayaan mereka.
Akhirnya aku tersadar bahwa sebenarnya Allah ingin melihat apakah aku memang benar-benar sungguh-sungguh dengan niat dan keinginanku. Ok, the show must go on. Aku harus melanjutkan apa yang telah aku mulai hingga saatnya harus berakhir dan ini belum saatnya berakhir. Aku sudah harus dipaksa mengalah di semester ini tapi aku tidak boleh kalah karna keadaan. Pengorbananku selama ini terlalu mahal utk ditukar dengan kata menyerah, perjuanganku sudah terlanjur banyak dan terlalu menyakitkan jika harus dihentikan tanpa menghasilkan apapun.
Namun ternyata kuliah dgn 2 tongkat di tangan bukanlah perkara mudah, ada pertaruhan kepercayaan diri dan kekuatan mental disitu. Slama ini aku cukup percaya diri dgn kesempurnaan yg Allah berikan, tapi percaya diri dgn kekurangan itu lebih sulit utk dilakukan dan aku hampir tak sanggup melakukannya. Aku tak sanggup menghadapi tatapan aneh dan iba dari orang-orang yang melihat kondisiku. Menyusuri koridor kampus sendirian, melewati banyak kelas sendirian, dan naik tangga sendirian, aku hampir saja tak sanggup melanjutkan perjuanganku. Tapi sekali lagi, aku tersadar harus melanjutkan apa yang telah aku mulai. Aku tetap berusaha percaya diri dan menganggap seolah-olah tak terjadi apapun padaku. Meski butuh waktu yang panjang untuk mengumpulkan kembali rasa percaya diri itu, mengumpulkan keyakinan dan menguatkannya bahwa tak ada pilihan lain selain maju dan menghadapi kenyataan seberat dan sesulit apapun itu dan akhirnya aku putuskan untuk kembali maju dan melanjutkan segalanya, mengejar segala ketertinggalanku selama ini. Namun ternyata tidak sampai disini Allah menguji ku dan keluargaku. Saat kembali tiba pada aktifitas kampus, aku terseret masalah akademis akibat ketertinggalanku ini, sungguh ini tidaklah mudah bagi seorang seperti aku. Saat langkah kakiku tak bisa sempurna, aku harus berjuang mendapatkan hak ku kembali, aku harus menemui dosen satu persatu sesuai mata kuliah yang ku ambil. Tidak semua dosen memiliki kebijakan sama, pak Heru aku memanggilnya, seorang tukang becak yang selalu setia mengantarkanku kesana kemari memperjuangkan nasib kuliahku lagi. Aku benar-benar berada di puncak keputus asaanku saat itu.
"Bulan maret insya allah aku sudah bisa wisuda” kalimat itu terus memotivasiku untuk bangkit, namun ternyata ada 3 dosen yang mencoba mengujiku, sehingga aku tidak bisa mengikuti ujian skripsi. Dengan menunggu dan terus berusaha, aku coba yakinkan hati “kalau bulan maret belum bisa pasti bulan juli udah bisa ikut wisuda” berontak hati kecilku, memotivasi diri sendiri dan optimis bahwa pasti ada jalan keluar untuk hal yang sudah kumulai. Ternyata tidak, tinggal 1 dosen yang menghambat langkahku, yang memaksaku harus mengalah untuk bersabar dan menunggu 3 bulan lagi. Dalam tangis ku terus meyakinkan hati lagi “sabar, pasti akan baik-baik saja, bulan desember pasti aku sudah bisa lulus”.
Dan Alhamdulillah, benar setelah Allah menguji semua kesabaranku dan keluargaku, kini Allah menghendakinya, bulan desember 2011 aku sudah di nyatakan sebagai seorang sarjana. Tak habis rasa syukurku, dengan langkah tertatih dan terseok-seok aku masih bisa bertahan dan berjuang sendiri, terma kasih ya allah. Kini masa-masa sulitku sudah terlewati, masa-masa dimana aku merepotkan orang lain sudah berakhir. Meskipun harus kembali memulai dari nol aku tahu, Allah tidak pernah salah memberikan ujian pada hambanya. Allah tahu aku mampu menghadapinya, maka Dia menguji ku dengan ujian seberat ini. Aku memang telah kehilangan banyak hal tapi aku tidak boleh kehilangan semangat dan kepercayaan diri.dan aku sangat sadar kali ini, mengulang kuliah bukan berarti kegagalan. Musibah dan ujian Tuhan bukan karena Tuhan tak menyayangi kita, namun yakinlah kita adalah hambanya yang terpilih, sudah di percaya tuhan bahwa kita mampu menjalaninya, insya allah... ada kemudahan sesudah kesulitan, itulah janji Tuhanku Allah SWT. amin.
Ini ceritaku, apa ceritamu?
SaLam SeManGat (^_^")
SaLam SeManGat (^_^")
FNU
0 komentar: